Kamis, 01 November 2007

Mengapa Presiden RI Bertemu Konglomerat Bermasalah ?

[Conglomerate Monitor Network/CMN] - Kami sungguh prihatin dan kecewa membaca berita dan informasi mengenai adanya pertemuan sebelum hari raya Idul Fitri yang baru lalu, antara Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan konglomerat bermasalah dari kelompok usaha Raja Garuda Mas (RGM) Group, yaitu Sukanto Tanoto. Dalam pandangan kami, tidak sepatutnya Presiden bertemu dengan konglomerat yang anak-anak perusahaannya sedang sibuk memadamkan masalahnya dengan hukum.

Seperti diberitakan media, dua perusahaan di lingkungan RGM Group kini sedang mengalami mega masalah yang terkait dengan hukum. Pertama, PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) sedang ditangani oleh Polda Riau dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tersangkut kasus illegal logging atau pembalakan liar, yang menurut Kapolda Riau Brigjen Sutjiptadi, selain merusak lingkungan juga merugikan keuangan negara.

Kedua, PT Asian Agri tersangkut kasus dugaan penggelapan pajak senilai Rp 1,3 triliun, kasusnya, kini sedang digarap oleh Ditjen Pajak dan Pusat Analisa dan Transaksi Keuangan (PPATK). Menurut Direktur Intelejen dan Penyidikan Ditjen Pajak Mochammad Tjiptardjo, setidaknya RGM harus mengembalikan uang negara Rp 6,5 triliun (termasuk denda).

Oleh sebab itu, kami sependapat dengan komentar Ketua DPR Agung Laksono di Rakyat Merdeka Dotcom, yang menyayangkan pertemuan tersebut. Menurut Agung, seharusnya Presiden SBY tidak bertemu dengan pengusaha bermasalah, alasannya, pertemuan tersebut menimbulkan kecurigaan di masyarakat. “Kenapa pertemuan harus dilakukan ? Sangat tidak etis, selaku kepala negara melakukan pertemuan seperti itu,” ujar Agung sambil meminta ke depan jangan melakukan kesalahan serupa.

Akan sangat bijaksana, jika Juru Bicara Presiden SBY yaitu Andi Mallarangeng dan Dino Patti Djalal dapat menjelaskan bersama-sama secara detail mengenai pertemuan tersebut, mengingat pimpinan lembaga tinggi negara DPR-RI sudah memberikan komentarnya. Bagaimana pun, pertemuan tersebut potensial mempersulit pengusutan terhadap dua kasus hukum yang sedang mencengkeram konglomerat tersebut.

Jika tidak, bisa dipastikan Presiden SBY akan menghadapi resiko politik yang lebih besar, karena kejadian seperti ini sangat gampang dipolitisasi oleh lawan-lawan politiknya. Mudah-mudahan, Juru Bicara Presiden SBY bisa menjernihkan masalah pertemuan dengan konglomerat bermasalah ini. Semoga -- Liem Poernama, Koordinator Conglomerate Monitor Network CMN. (Sumber : Surat Pembaca yang dimuat Koran Tempo, Senin 5/11/2007, Halaman A11).

Bahan informasi yang menjadi referensi atau bahan rujukan penulisan Surat Pembaca di atas adalah berita-berita yang dimuat di http://www.myrmnews.com -- portal berita Rakyat Merdeka Group, antara lain sebagai berikut :

Tidak ada komentar: